Catatan: Mengawali tahun baru dengan melampiaskan rasa kesal. Bad writing, good catharsis.
Tiada cara yang lebih baik untuk mengawali sebuah tahun baru selain dengan mengumbar optimisme berbalut skeptisisme. 2012 adalah momen emas ekonomi Indonesia, begitu ungkap para pakar ekonomi pasar. Setelah 2011 membuktikan tajinya, 2012 adalah momen yang tepat untuk menekan gas-habis-habisan. Sampai benar-benar habis.
Sebagai seorang non ekonom (dikotomi yang paling sahih dalam dunia ilmu sosial: ekonom dan non-ekonom. Tidak ada tempat bagi antropolog, sosiolog, sejarawan.), saya merasa inilah saatnya bagi para ekonom dan pengamat pasar modal untuk tampil necis dan siap sedia membawa gel rambut, karena sepertinya di tahun shio Naga ini mereka akan sering diundang stasiun TV untuk menyihir pemirsa dengan mantra-mantra GDP, PDB, cadangan devisa, ekspor, nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, dll.
Walhasil, Indonesia tampaknya telah berhasil memenuhi janjinya, yakni menjadi salah satu motor sekaligus poros perputaran ekonomi global. Jumlah penduduk yang kebenarannya hanya diketahui petugas sensus dan Tuhan, terbukti menjadi mantra lain yang mujarab bagi investasi asing: pasar yang tumpah ruah. 2012 akan kembali melanjutkan tren tersebut dimana uang di dalamnya terus berputar, walau hanya di tempat yang itu-itu juga.