
Kiri atas – kanan bawah: Arbi Sanit, Arief Budiman, B.Herry Priyono, Cornelis Lay, Daniel Dhakidae, Gunawan Wiradi, Jalaludin Rakhmat, Radhar Panca Dahana . Sumber: Beragam
Berita kehilangan menampar kita dengan banyak cara. Ada rasa tidak rela, tidak ikhlas, tidak mau, ya seolah ingin berontak menghadapi kenyataan. Sampai akhirnya kita harus bisa menerima kepergian yang bersangkutan. Selama pandemi ini, sebagian dari kita mungkin sampai sudah terlatih melewati ritus tersebut.
Saya mengalaminya dalam bentuk yang berbeda. Kejadian pertama adalah ketika mendengar Arief Budiman berpulang, pada 23 April 2020, atau sekitar satu setengah bulan setelah pemerintah resmi mengumumkan Covid-19 sebagai bencana nasional. Kepulangan Arief Budiman bukan disebabkan oleh Covid-19, tetapi isolasi membuat suasana duka seolah berlipat ganda. Sejak itu, rasa-rasanya, dunia ilmu sosial seperti dihantam bertubi-tubi dengan berpulangnya para intelektual senior. Setahun kemudian, Radhar Panca Dahana dipanggil pulang 22 April 2021, persis satu tahun dan satu hari setelah meninggalnya Arief Budiman.
Saya tidak memiliki hubungan darah dengan kedua orang tersebut, tetapi berita lelayunya tetap menohok. Bukan hanya mereka, ada beberapa tokoh lain yang kepulangannya dalam empat belas bulan terakhir ini menyisakan perasaan mendalam. Sebab, karya mereka, ilmu yang mereka sampaikan, maupun kisah mereka yang inspiratif begitu melekat di benak.
Alasan lain mengapa saya mendokumentasikan mereka disebabkan oleh minimnya apresiasi kita, komunitas ilmuwan sosial, terhadap para pendahulu. Tradisi untuk mengulas, mendokumentasikan, dan melestarikan (termasuk dengan mengkritisi) pemikiran sesama ilmuwan sosial tanah air tidak pernah terbangun. Kalaupun terpaksa datang dalam bentuk obituari, saya pikir itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
Mereka yang saya dokumentasikan di sini adalah para tokoh yang saya anggap familiar atau kenal karyanya (sosok Umbu Landu Paranggi misalnya, saya jujur tidak terlalu mengakrabi, atau juga Wimar Witoelar dan ibu Toeti Heraty). Mohon dimaklumi kalau beberapa tokoh lainnya terlewat. Continue reading